Rabu, 04 April 2012

Di Sejumput Awan Berkisah


Tiba-tiba saja inget situasi sore kemarin, bagaimana langit bercerita langsung tentang “tiga kisah” yang berbeda. Dibagian timur nampak pelangi yang terpotong oleh awan kelabu, lalu ditengah-tengah nampak semburat awan yang cerah tanpa tertutup mendung, dan dibagian barat senja yang merona akibat matahari yang menenggelamkan wujudnya, menunjukkan betapa Allah Maha Menguasai Alam ini. Hanya ingin sedikit berbagi dan memaknai hidup ini dari cerita ketiga langit tersebut.

Setiap orang tentu pernah merasakan sesuatu yang disebut awal kehidupan bukan? Ya sedikit disamakan dengan proses kita dalam menjalani hidup ini, dengan cerita langit di atas. Pada mulanya kita dilahirkan seperti sejumput awan yang kosong, putih lagi bersih. Tak ada yang bisa menyebut kita ”kotor” karena saat itu, kita memanglah ”bersih” (red-hati). Walau kita bukan terlahir dalam keluarga islam sekalipun. Itulah awal kehidupan yang disebut bayi hingga masa kanak-kanak. Manusia pada awalnya dilahirkan sama, yaitu dalam keadaan bersih. Pun diciptakan dari hal yang sama.

Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” (Shad : 71)

“Saya lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A’raaf:12)

“Turunlah kamu dari Surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Al-A’raaf:13)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)
Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5)

Ya beginilah proses penciptaan manusia, tak ada yang berbeda kita tercipta dari hal yang sama. #thingking!! Pantaskah kita Ujub, Sombong, ataupun Takabur??

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah: 32)

Kita tercipta sama, hanya saja kita dibentuk di lingkungan dan cara yang mungkin berbeda-beda. Saat itulah kita mulai mengalami berbagai fase perubahan, sedikit demi sedikit manusia mengalami “peningkatan” dalam hidupnya. Setelah bayi, kanak-kanak, sampailah manusia dalam kondisi Baligh atau dewasa. Mungkin tidak semua manusia juga sempat mengalami hal ini, ada beberapa yang telah diambil kembali oleh Allah sebelum masa pencapaian ini. Untuk masa Baligh, saya tidak akan membahas secara mendetail. Yang jelas di masa ini, kita sudah harus mulai mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan sendiri. Berbeda dengan masa sebelum ini. Karena Baligh juga diartikan “berakal”, artinya kita sudah mulai bisa membedakan yang benar dan yang salah, namun lagi-lagi untuk mencapai titik itu kondisi lingkunganlah yang akan menempa kelambanan atau kesigapan seseorang dalam memahami dan membedakan sesuatu. Ya lingkungan.
Dimulai dari tahap baligh dan seterusnya, di sini lah kita mengalami berbagai proses kehidupan lagi. Dimana kita ditempa menjadi pribadi-pribadi yang berbeda, pribadi yang mulai berpikir masa depan. Pribadi yang mulai memiliki ambisi dan keinginan, atau bahkan mulai dari sinilah kita sadari bahwasanya kita dalah “pemimpin” bagi diri kita sendiri. Kita adalah khalifah di bumi ini..

“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Rabb berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)


Bukan hanya itu, bahkan ada sebagian dari kita yang pada tahap ini menjadi pemimpin bagi orang lain, baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun kelompok besar. Kita mulai belajar memahami dan menyelami berbagai karakter dari ornag-orang di sekitar kita. Tak banyak orang yang mau menjadi pemimpin bagi orang lain. Namun banyak pula yang menjadi pemimpin untuk “ambisi” pribadinya.
Tetapi ada orang-orang yang membawa tujuannya untuk Allah, murni hanya untukNya. Mereka inilah yang disebut-sebut sebagai pengemban dakwah.
Pada proses ini pulalah, terkadang untuk sebagian orang mengalami siklus yang disebut “pemahaman”. Ada kalanya Allah memberi teguran kepadanya berupa kesusahan dan kesedihan, bahkan terkadang melalui kesenangan. Tak semua juga orang paham membedakan akan hal ini. Dalam tahap inilah, ada sebagian orang yang terus menerus merasa dirundung “mendung” seperti kisah langit di atas, ada pula yang paham bahwasanya setelah “mendung” tersebut aka nada pelangi yang muncul walaupun dengan kondisi “terpotong” tak sempurna membulatnya. Namun ada pula sebagian orang yang menjadikan hari-harinya merasa cerah karena ia adalah orang yang pandai bersykur. Setiap masalah yang ia hadapi, ia anggap bagian dari Kasih sayang Allah padanya, namun sangat sulit menemukan orang yang seperti ini.

Sesungguhnya Allah menetapkan takdir-takdir makhluknya lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit-langit dan bumi.” (HR. Muslim 2653, shahih)

Dan setelah segala proses itu, kita berada pada sesi akhir dari perjalanan hidup ini. Sama seperti matahari di saat senja, yang menenggelamkan dirinya. Ya kita semua akan mengalami fase ”akhir” dari kehidupan ini. Bayangkan sodara-sodara!! Matahari yang segitu gagahnya saja memiliki fase akhir, apalagi kita. Bahkan semua telat tercatat mantap dalam Lauful MahfudzNya.. ya tercatat Mantap! Kapan Malaikat Sakaratul maut itu akan menjemput kita. Terbayangkah????

Dengan amalan yang tak seberapa, pun belum tentu ikhlas itu.. kita akan berakhir. Masayaallah.. kapankah itu duhai Rabbi?? Sudah pantaskah merindui saat perjumpaan denganMU, sedang diri sehina ini??

Pada awalnya, manusia tercipta dari tanah. Dan akan kembali ke tanah yaitu alam kubur.  


"Kematian, yang dikenal sebagai berpisahnya ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain, sebagaimana dirtwayatkan bahwa, "Sesungguhnya kalian diciptakan untuk hidup abadi, tetapi kalian harus berpindah dan satu negen ke negen (yang lain) sehingga kalian menetap di satu tempat." (Abdul Karim AL-Khatib, I:217)

 “Iblis berkata, “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.” Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,”(QS. Al -A’raaf:14-16)
 
 
Begitulah kehidupan sodara-sodara. Ada awal dan juga akhir, tentu setiap kita berharap dari sejumput awan yang putih dalm kehidupan kita. kita punya "pelangi" sendiri di tengah-tengah kehidupan kita nanti. dan pada akhirnya, kita akan mengakhiri kehidupan kita dengan keindahan. Seindah senja sore kemarin. Ya kita punya awan masing-masing, langit masing-masing, pun guratan kisah masing-masing "di sana". Siapa yang tahu awalnya, siapa pula yang tahu akhirnya.. Hanya Dia.. Lalu sudah seberapakah kita menghargai hidup ini dengan syukur?? ^____^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Air, Embun, Bintang, Langit, Pelangi

Menghargai hidup, itu artinya menghargai apa2 yang Allah berikan kepada kita. Kesusahan, kesenangan..
adalah bagian agar hidup menjadi lebih hidup.
seperti air yang bermanfaat..
seperti embun yang bening menggeliat
seperti bintang yang rela menunggu jutaan tahun untuk memancaarkan sinaarnya..
seperti langit yang biru berkisah..
seperti pelangi yang tak sempurna bulatnya..

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!
Semoga bermanfaat.

Label

Powered By Blogger