Senin, 21 Mei 2012

#Mimpi :)

Ini Bagian Dari mimpi saya, punya sebuah bank syari'ah khusus untuk para petani kecil.. 
Semoga bisa terwujud suatu saat nanti... ^_^

Rabu, 16 Mei 2012

Aku tak pernah tahu judulnya; tentang kau dan aku


Mungkin suatu hari nanti,
Kita pun akan bertemu..
Di penghujung jingga kala senja
Di sederet ruang rindu yang kita tata

Mungkin saat itu pula
Kita tiba-tiba menjadi begitu ahli
Mengurai melodi-melodi satu menjadi dua
Mengikat simpul-simpul tuk menjadikannya rekat
Atau kita menjadi ahli bahasa
Yang kemudian indah menyusun kata lewat gugusannya

Atau saat itu pula..
Tiba-tiba aku dan kau
Menjadi maniak yang rutin memahami
Menjadikan dua menjadi satu

Aku dan kau
Begitu saja..
Seperti selarasnya huruf menjadi kata
Seperti musafir di tengah padang yang menemukan oase
Seperti daun yang sigap dan cekat berfotosintesis
untuk menjadikannya hijau

Kau dan aku
Saat kita bertemu,
Berjanjilah..
Bila aku mawar,
Jadilah kau duri yang melindungi..
Jika aku daun,
Jadilah tulang daun yang menguatkan
Jika aku gelap
Jadilah kau cahaya bintang yang menerangi

Jika aku pagi,
Yang aku mau kau yang jadi mentarinya
Jika aku batu cadas
Jadilah kau air yang rutin melembutkan
Jika aku sunyi
Jadilah kau bunyi yang meramaikan

Kau dan aku
Tetap seperti itu..
Tak ubahnya seperti yang sering dibicarakan orang.
#jodoh

Selasa, 15 Mei 2012

Dakwah Ini Tak memandang Posisi


Aku terbangun dalam tidur lelapku, lalu tercekat akibat mimpi-mimpiku yang dulu yang nyaris lenyap dalam lelap. Ah, mimpi itu tak selamanya bunga tidur. Setiap orang haruslah bermimpi, karena “kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebaikan yang terorganisir”. Kita harus berencana, kita harus punya mimpi dan keinginan. “kita merencanakan, untuk menyesuaikan diri dengan rencana Allah –Hilmi Aminudin-“
Di sebuah kesejukan.. 
Aku menatapnya lekat, orang yang menjadi orang tua kedua untukku. Kata-katanya menyeruak dalam hati, seperti aroma khas yang aku suka di setiap pagi. Dan kerontang itu pun lembab, layaknya batu cadas yang di tetesi air secara rutin, ia akan hancur karena kerutinan, kelembutan, dan kesungguhan. Ia dengan tegas dan lugas berkata “Dakwah itu ibarat kereta api. Kita masuk atau tidak, kereta itu akan tetap berjalan. Jika kita memilih ikut kita akan ikut dalam perjalanan, namun jika kita memilih tinggal kita akan jauh tertinggal, ataupun jika kita memilih untuk berhenti ditengah jalan, maka hanya sampai dijalan itulah perjalanan kita”.
Tak banyak yang mengikuti, yang mengikuti pun tak semuanya mengerti, yang mengerti pun tak semuanya paham, yang paham pun tak semuanya Bertahan. Seperti kata bang Fahri Hamzah “Tantangan zaman yg paling penting atau berat adalah diri kita sendiri, coba tanyakan pada diri kita. Kita ini masalah atau solusi??”  Sering kali kita berlagak, sok. Merasa telah memberikan banyak hal untuk dakwah ini, tapi pada kenyataannya.. apa yang kita berikan tak ubahnya “syahwat” semata, nafsu akan kepentinga-kepentingan pribadi kita. Jangan sampai, kitalah yang dikatakan rasulullah sebagai “buih itu”, jangan sampai kita hanya orang-orang yang membuat barisan tambah panjang, bertepuk tambah ramai. Lakukanlah, apa yang bisa kau lakukan, dan cukuplah Allah yang membalas apa yang telah kita lakukan. Tak perlu banyak berharap pada manusia, karena manusia bukanlah tempat yang tepat untuk berharap.
Lalu seorang Ustadz dalam sebuah tasqif berkata “ ada atau tidaknya kamu, dakwah ini akan tetap berjalan. Karena Allah yang akan menjaga dakwah ini”. Pernah juga seorang Al akh berkata “Tujuan Dakwah itu apa? Allah. Maka satu hal, murnikanlah niatmu hanya karena Allah. !!!”. Apapun amanah kita, dimanapun kita diletakkan, tujuan kita Allah. Karena wajiha hanyalah sebuah Wasilah kita dalam menjalankan dakwah ini. Kita bekerja di wajiha memang perlu, namun tetap niatkan karena Allah. Jangan sampai wajiha membuat kita berpikir nafsi-nafsi, atau bahkan membuat kita "Kultus".
Lalu di sebuah pertemuan ada yang bertanya.. “aku ini siapa, kenapa aku yang terpilih.. aku ini siapa, ku rasa ada aku bisa santai-santai saja. Toh mereka-mereka jua yang mmebuat sistem, dan menjalankan sistem tersebut”. Akan tetapi ikhwah... ”Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kalian, akan tetapi Dia memandang hati dan aktivitas kalian”. Tak perlu menunggu menjadi orang penting, untuk melakukan hal yang penting. Karena yang terpenting adalah niat kita dalam melakukannya...(Mj 2012). Jabatan tinggi jangan menjadikan kita GR, merasa itu tandanya kita lebih baik dari orang lain, karena kata seorang kakak ”Siapa tahu, justru yang kerjanya hanya mengantarkan surat atau membuat surat, dia yang akan masuk syurga terlebih dahulu darimu, karena dia Ikhlas melakukannya. Bukan karena posisi atau jabatan”..
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan [At-Taubah : 105].
Namun ikhwah, ketika kau diberi amanah yang bersifat amniah. Belajarlah dari seorang Hudzaifah, orang kepercayaan Rasulullah SAW, yang selalu pandai menjaga rahasia-rahasia Rasul. Salah satu hal yang menjadikan kemenangan pada perang Khandaq (parit) adalah ”terpercayanya” seorang Hudzaifah. Kita harus bisa membedakan, mana informasi yang harus disembunyikan dan mana yang bisa disampaikan.
-SEMANGAT BERMANFAAT-

Sabtu, 12 Mei 2012

#taujih *in memoriam*

" Apapun amanahmu, sebanyak apapun amanahmu, sepenting apapun amanahmu, sebesar atau sekecil apapun amanahmu. Tidak lantas menjadikanmu me ngabaikan salah satunya, karena semua amanah adalah prioritas bagimu. Karena semakin banyak amanahmu, semestinya menjadikanmu makin dewasa dalam bersikap, bukan menjadikanmu makin lalai. Atau jika kau tak sanggup menjalankan kesemuanya dengan seimbang, lebih baik jangan pernah kau terima amanah itu. Karena semua amanah harus dilakukan dengan totalitas dan loyalitas..."

#taujih, 11 mei 2012

Jumat, 04 Mei 2012

*memoar, Juni 2011* #Kampus


Makin ke sini, suasananya semakin sepi. Semakin tergilas dalam arus antara ego dan kepekihuwan ku. Aku hanya bisa bernafas di dalam atmosfer ku sendiri, sendiri. Berbeda drastis dengan dulu, menghela dan manariknya sendiri, senada walau tak begitu beraturan. –aku kehilangan-

Sekejap, semua hiruk pikuk yang dulu menemaniku setahun lebih lelap dalam mimpi-mimpi ku. Nyaris, tak menyisahkan ”rasa” lagi. Jika tidak karena Dia. Mungkin sifat manusiawiku telah lama berlarian, tak peduli lagi dengan situasi kini. Entah, mungkin aku sedang terjebak dalam kesendirian ku. Melawan pikir-pikiran ”konyol” itu sendiri. Bahkan di arus terderas ini, tak ada tangan-tangan lembut yang menggapaiku seperti duli.

-Bimbang-. Lebih tepatnya itu yang membayangi langkah lunglai ini. Aku tidak galau, hanya bimbang. Lantas, apa bedanya? #deg.
Makin ke sini, rasa bersalah ini makin menghujat berlebihan. Semua serasa berjalan dengan abnormal. Ternyata bisa jadi hal-hal yang dulunya mmebuatmu menangis berulangkali, akan kau rindukan -sangat-. Bisa jadi, hal-hal yang dulunya begitu mengerikan, menjadi sisi tersendiri yang lekat dalam otak tengahmu.

Ah, apa ini. Apa virus ini telah berinokulasi melebihi ambang batasnya. Atau aku saja yang tak mau memulai untuk membasmi mereka, menghabisi total. Ini bagaikan jamur akar putih pada karet, yang begitu cepat dan dahsyatnya menyerang bagian vital tubuh ini. Habis daya, energipun tak ada.


Ternyata, aku rindu. Rindu taushiyah-taushiyah itu, baik kirimanku maupun orang lain. Sebegitu lama, aku tak pernah menjarkom lagi. Mengundang maupun diundang. Ah, ternyata aku merindu saat-saat dimana aku harus memaksa menahan tangisku, terlihat kuat walau hati teriris sembilu. Namun sekarang justru sebaliknya, aku tak jauh lebih kuat dari dulu. Justru teguran-teguran itulah yang dulu menguatkanku. Namun sekarang, semua hilang. Sekerjap saja. Tak butuh waktu lama. Aku justru makin lemah, tanpa teguran-teguran itu. Seperti mengalir tanpa tujuan, seperti bernafas tanpa jedah. Ya, sesuka ku saja. Rindu paksaa-paksaan lembut itu, rindu wajah-wajah kecewa mereka. Apakah memang bukan saatnya lagi?? Aku rindu mbak2 terbaikku, rindu adik2 hebatku, dan rindu saudara2 seimanku.

Ukhuwah itu memang masalah feel, masalah hati. Tak akan berguna jika ia hanya sebatas kata tanpa makna, tanpa rasa. Karena ukhwuh tidak abu-abu. Ia terkadang putih, atau berdegradasi menjadi warna-warni. Dan sungguh, aku rindu saat-saat itu.
Ia tak palsu, karena ia nyata dan fakta. Ia terkadang menjadi angin, yang tak bisa kau lihat tapi bisa kau rasa. Ia terkadang menjadi api, yang hangat menggelora. Ia juga air, yang bermanfaat lagi menyegarkan. Bahkan. Ia lebih indah dari pelangi yang hanya hadir sekejap itu.

"ternyata, rindu itu seperti ini. tak cekung, tidak juga datara. tapi tak ubahnya seperti lingkaran, yang tak memiliki sudut untuk menghentikannya. terus dan terus berjalan"

*memoar, Juni 2011*

Kamis, 03 Mei 2012

IPANG: "Sahabat Kecil"

Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi

Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa di beli

Reff:
Bersamamu ku habiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
                                                                                      Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi

Back to Reff:

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini


Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi

Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa dibeli

Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Takkan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi

Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini
Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi

Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa dibeli

Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Takkan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi

Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini

#BINTANG


 Tiba-tiba aku ingin bercerita tentangmu, kenapa?ada apa? Entah. Telah sama-sama jauh kita melangkah, mengasingkan diri kita masing-masing, meluapkan cahayamu jauh ke angkasa, atau meniadakan gugusan yang telah tersusun. Ingin aku melupa, tapi tak bisa. Ingin aku mendua, itu terlebih lagi tak bisa.
Kau hadir dalam gelap dan pekat, menebarkan satu cahaya. Satu cahaya yang cukup buatku takjub. Walau nyatanya, kau belum hadir dalam figura nyata. Tapi sungguh, di sekerjap mata memandang. Aku tak bisa menyembunyikan pesonamu. Sungguh. Meski aku terpaksa menghindarkan hati ini untuk tidak menghadirkannya di sekitarmu. Namun kau berulangkali harus membuatku, takjub. -terdiam-

Bersamaan dengan penyusunan kata dalam #LPJ ku ini. Nyatanya kau mampu mengalihkannya buat mu, BINTANG. Aku sungguh sulit untuk menggambarkan, betapa dalam kondisi sepelik ini aku masih mencari-cari luang untuk sekedar mengingat bagimana cahayamu kemarin. Cahyamu kemarin, yang tergenang dalam memori khusus dalam otakku.
Sungguh, hampir genap 5 tahun keberadaanmu nyata menjadi efek jera bagiku. Jera akan pikatnya cahayamu kemarin. Aku jera mempercayaimu benderang dalam hatiku. Namun lebih jera membiarkanmu hilang di balik benderangnya siang.

Harus bercerita apa? Tentang titah langit yang belum sampai pada peraduannya? Atau tentang merpati putih yang masih setia mengantarkan surat-surat diam kita. Ingin bercerita apa? Banyak hal tentangmu yang nyatanya membuatku menggulana dalam ceria.

Hari ini, malam ini. Lagi-lagi kau memfigura batin terpojokku untuk kembali memutar ingatan..........
>>>>>>>>>>>>>>>>>loading<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Kala itu, tak jelas rasanya awal mula dari pertemuan dua titik ini, kau dan aku.  Antara cahaya dan kegelapan. Kau selalu mengangkasa, sedang aku selalu berada dikerendahan. Kita berbeda, jauh berbeda. Kita terpisah oleh ribuan tembok yang menjadikan jalan pertemuan kita tak ubah seperti labirin. Tapi apa daya, kita tetap satu dan akan bersatu di saat nanti. Saat yang telah diguratkanNya... Kita sama-sama tunggui saja saat itu, di saat cahayamu menerangi gelapku, saat mendung sekalipun.

Bintang, cahayamu itu biarlah tetap diam dalam ribuan makna. Makna yang hanya aku dan kau yang Tahu, dan Dia tentunya.

”Bintang malam sampaikan padanya, aku ingin melukis sinarmu di hatinya..” :)


@Mejarumpi :sebelum suksesi:

Selasa, 01 Mei 2012

Fitrah itu… “Seujung Kuku”


Pernah dengar kata-kata gombal ini, “aku mencintaimu seujung kuku, meski terlihat kecil. Tapi ia tumbuh secara rutin..” #tsahhh.. gembel.com banget -_-
Sebenernya sih benar, terkadang kita berniat menyukai seseorang hanya sebatas “seujung kuku” saja. Namun, ternyata ketika kita memotongnya. Ia lagi dan lagi tumbuh tak dipotong juga makin tumbuh. Lantas? Harus bagaimana..


Perasaan suka, kagum, atau bahkan cinta merupakan hal yang wajar, manusiawi, ataupun fitrah, dan itu juga menunjukkan kalo kamu normal. Tul gak? Ya iyalah..
Sudah tejadi sejak dahulu kala, sejak Zaman Nabi Adam As dan Siti hawa. Nabi Adam yang kala itu hanya diicptakan sendirian merasa kesepian, lantas diberikan seorang teman oleh Allah, yang diciptakan Allah dari tulung rusuk bagian kiri yang paling atas.
Begitu pula dengan kita, yang hanya manusia biasa.. bukan Nabi ataupun Rasul. Tentu sudah menjadi fitrah bagi kita ketika merasakan hal yang kadang buat “dag dig dug”.
Seseorang yang tiba-tiba hadir dalam hidup kita, dengan menawarkan ribuan kebaikan dalam dirinya. Bahkan terkadang, saat kita sedih gulana, dia bisa menjadi tempat kita “bercurhat ria”. Bagimana tidak, gayung bersambut.. pulau demi pulai harapan bertaut, dan akhirnya cinta bersaut-sautan.

Seperti ketika itu, saya mengharapkan dan meminta Allah menghadirkan sosok yang dapat menenangkan saya yang benar-benar berada dalam masalah besar. Orang itu benar-benar hadir dengan segala kebaikannya. Pada awalnya, semua terjadi sewajarnya.. namun makin dalam menyelami lautan, semakin indah dan takjub.  Wah curcuol inii..
STOP it!! Itu masa lalu. Tapi tetap saja ngefek sama masa depan kan?? #right??
 
Kalo kata Ustadz, ketika kita pernah ada some problem terkait masalah hati sama seseorang, nantinya ketika kita menikah kita akan menyesal sendiri.
Allahu.. Ampuni kelalaian ini.. :’((


Hati-hati, ketika fitrah itu berubah menjadi fitnah. Nahlonahlo.. bukan nano-nano yakk.. >_< #ups
Ngeri kali.. ketika mendengar desas desus kasus masalah fitrah ini.
Awalnya temen, jadi demen..
Awalnya patrner kerja, tau-tau..  #deg

Siapa yang tau, ada ”hati” dibalik interaksi. Maka dari itu pula Allah meminta kepada kaum hawa untuk menjaga dirinya, mulai dari sikap, tutur kata, dan tentunya penampilan.
Sedang kepada kaum adam dan hawa juga, diminta untuk menjaga pandangannya. Tapi pada kenyataannya, cinta tak hanya datang lewat pandangan lho.. karena ada juga cinta yang besemi lewat suara. Aduh gimana ceritanya ya??
Iya, ternyata suara juga bisa menghembuskan nafsu #Astagfirullah
                                                                                                        
Intinya, kalo jatuh cinta jangan nanggung2. Gimana tu?
1-     Cintai seseorang yang emang layak buat dicintai. Gak bicara fisik ya ini. Maksudnya layak dicintai dari sisi agama. Gak ada agama kita minta kita mencintai “pacar” kita, yang ada itu istri/suami. ;) so, dari pada cintamu nanggung-nanggung, mending nikah ájalah.. yukk marii.. jangan di pending.. *tsahhhh*  ~belomsiap….~
2-     Kalo belum siap nikah, artinya belum siap juga untuk mencintai dung. ;)
3-     Oke? Jadi Intinya? “Cinta itu sakral, maka cintai orang setelah melalui hal yang sakral. Saat si dia mengucapkan “saya terima nikahnya…..” #dug
4-     Nikah itu katanya bukan masalah materi, tapi masalah Nyali!! #ups
5-     Segerakanlah meraih cinta yang halal itu.. *lalalalala,bernyanyi tanpa dosa* :p
~ngemeng2 yang nulis udah siap belon??~ -_____-”


Bukankah dari sejurus mata ia menangkap bening, lalu dari sanalah setan berkelana mengekang alam pikir. Pikir.. pikir… dan pikir lagi.
Setelahnya, ada jutaan bayang yang melanglang buana.. mencari titik terlemahnya..
Ia lah hati yang begitu lembut namun mudah mengeras.
Ia lah hati, yang bening namun mudah terkotori.
Ia lah.. muaranya kata CINTA.
Entah hanya kata sekedar kata, atau kata penuh penafsir..

Kau dibuatnya resah mendua
Kau dibuatnya gundah tiada ujungnya..
Mencari definisi yang abstrak dalam maya

Itulah, jatuh cinta..
Menyakitkan.
Namun menyenangkan..
Seolah berisinya kopong
Seolah berdirinya kokoh menopang..

Itulah, jatuh cinta..
Mudah.
Tinggal kau jatuhkan saja hatimu pada seseorang
Lalu sakitnya rasa jatuh dibuat menyenangkan
Kala kedua retina lengkap menangkap hadirnya

Itulah ia...
Jatuh cinta

 "Berhati-hatilah dengan hati, karena hati terkadang tidak hati-hati, sehingga ia mudah sekali jatuh hati ke dalam hati, hati..."

Air, Embun, Bintang, Langit, Pelangi

Menghargai hidup, itu artinya menghargai apa2 yang Allah berikan kepada kita. Kesusahan, kesenangan..
adalah bagian agar hidup menjadi lebih hidup.
seperti air yang bermanfaat..
seperti embun yang bening menggeliat
seperti bintang yang rela menunggu jutaan tahun untuk memancaarkan sinaarnya..
seperti langit yang biru berkisah..
seperti pelangi yang tak sempurna bulatnya..

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!
Semoga bermanfaat.

Label

Powered By Blogger