Senin, 18 Juni 2012

Allah Tidak Butuh Shalat Kita

Hari itu saya khususkan do’a saya Cuma satu 

“Ya Allah khusukkanlah shalatku dan segala ibadahku”

Tak tau apa yang menjadi sebabnya, tiba-tiba saja saya kehilangan fokus saat beribadah. Mungkin juga akibat kerotangnya hati. Ketika melaksanakan ibadah ada-ada saja bayangan yang melintas, ketika membaca buku teringat shalat yang grasak grusuk,. Ketika shalat, teringat membaca buku yang belum terselesaikan. Bahkan terkadang rasa gelisah muncul akibat masalah yang menuntut diselesaikan. Itu terjadi bukan hanya ketika shalat, tetapi juga ketika berdo’a dipenghujung shalat. Semuanya dilakukan dengan tergesah-gesah. Maka dari itu saya coba berdo’a sekhusuk2nya untuk dikhususkan ketika shalat dan melakukan semua ibadah.
Dan Allah menjawab do’a saya. Hari sabtu kemarin ketika baru terbangun dari tidur siang,, dengan kondisi senyap-senyap, saya mendengar apa yang disampaikan Ustadz dalam acara “Damai Indonesiaku”, Ustad itu membahas tentang shalat, kebetulannya Uztadz ini membahas tentang “Shalat khusuk”. Ia kemudian bercerita..

Seorang kiya’i dipesantrennya ingin mengajarkan tentang khusuk pada seorang muridnya. Ia kemudian memanggil muridnya itu, selanjutnya berkata “maukah kau tau bagimana khusuk itu”, muridnya pun menjawab “iya kiyai”. Selanjutnya Ustadz itu meminta saang murid untuk menungang kuda pambil membawa secangkir gelas, dengan syarat gelas itu tidak boleh tumpah sedikitpun. Murid tadipun melaksanakannya, ingá ia kembali lagi ke pesantren. Setelah melihat muridnya kembali, sang kiai mendapati gelas yang dibaawa muridnya tadi masih berisi air Severi tadi. Kemudian sang kiyai bertanya “bagaimana, apakah kau sudad merasakan khusu’?” “belum kiyayi, justru saya teringat-ingat akan air itu”. Lalu kiyai itu menjelaskan makna dari apa yang dia minta, katanya ”apakah ketika kau menunggang kuda kau melihat ornag mandi di sungai, berpa jumlahnya?” ”aku melihat kiyai, tapi aku tak begitu mempedulikan berapa jumlahnya, karena aku fokus dengan air ini”. ”apakah ketika kau menunggang kuda, kau melalui gunung. Kau ingat berapa banyak gunung yang kau lalui” ”iya aku melaluinya, tetpai aku juga tidak memperdulikan berapa banyak yang kulalui, karena aku fokus agar air ini tidak tumpah”. ”seperti itulah khusuk, ketika kau melakukan suatu pekerjaan misalnya shalat. Kau tidak akan menggubris apapun yang terjadi di sekitarmu, karena fokusmu hanya pada Allah”.

Kemudian ustadz itu bicara lagi, bahwasanya Allah tak butuh shalat kita. Tanpa shalat-shalat kitapun Allah tetap menjadi yang Maha Kuat, Maha Perkasa, Maha Berilmu, dan Maha semuanya.
Mengutip kata-kata dari buku yang saya sadur ke dalam isi blog saya terdahulu:
Apakah perlunya Allah SWT dengan shalatnya manusia? Apakah dengan shalatnya manusia seantero jagat raya ini akan menambah kemuliaan dan keperkasaan Allah SWT atau akankah mengurangi kemuliaan dan keagunganNya? Atau misalnya seluruh manusia di muka bumi menjadi kafir mapun musyrik menyembah berhala (paganisme) ? jelas sama sekali tidak, bahkan jika Allah SWT memusnahkan seluruh umat manusia dan menggantikannya dengan makhluk lain, maka keagungan, keperkasaan,dan kemuliaan Allah SWT tidak bertambah dan tidak berkurang alias tetap saja seperti semula, jadi Allah SWT tetap Maha Perkasa dan Maha Kuasa.
Orang beriman itu bukan tunduk patuh di hadapan Allah SWT akan tetapi merasakan getaran cinta kepada Allah SWT dan rasa ingin menyandarkan diri kepada apa yang diperintahkanNya. Melalui wahyu, Allah SWT meninggikan mansia kepadaNya sehingga dalam dirinya timbul prasangka baik terhadap Sang Pencipta. Karena itu ada hubungan sukarela,kerinduan,dan prasangka yang baik antara Dia dengan ciptaanNya, dengan demikian pengertian islam harus dipandang sebagai agama yang penuh dengan muatan-muatan spiritual demi kepuasan batin (ruhani) manusia.
Shalat, kata Sayyid Quthb, adalah hubungan langsung antara manusia yang fana dan kekuatan yang abadi. Ia adalah waktu yang telah dipiih untuk mempertemukan setetes air yang teroutus dengan sumber yang tak pernah kering. Ia adalah kunci perbendaharaan yang mencukupi, memuaskan, dan melimpah. Ia adalah pembebasan dari batas-batas realita bumi yang kecil menuju realita alam raya. Ia adalah angina, embun dan awan di siang hari bolong nan terik. Ia adalah sentuhan lembut pada Hati yang letih dan payah (Dyayadi dalam http://penavina.blogspot.com/2011/05/muara-cinta-timbul-dan-tenggelam.html, 2011).
Kemudian malamnya, IRMA kami memperingatkan hari Isra Mi’raj, tanpa maksud appaun, hanya sekedar ingin mensyi’arkan dakwah kepada warga. Sekalipun banyak yang berkata memperingatinya adalah bid’ah, tapi malam itu Ustadz yang menyapaikannya menyanggah hal tersebut. ”kita di sini buka untuk merayakan, tapi memperingati momen. Sehingga kita bisa sadar hakikat shalat itu seperti apa. Walaupun tidak hanya saat ini saja kita belajar memhami hal itu”. Saya juga masih bingung terkait pendapat bid’ahnya memperingati Isra Mi’raj, maksudnya di sinikan daripada orang-orang sibuk menonton EURO lebih baik kita berkumpul di majelis ilmu untu saling berbagi dan nasehat-menasehati. :)
Lalu singkat cerita ustadz tersebut juga membahas tentang khusuk katanya ”kalau ada yang memanggil-manggil ketika shalat, abaikan karena itu suara setan. Kalau tiba-tiba anak kita mendadak menangis ketika kita shalat, biarkan karena setan sednag mencubit anak kiat sehingga dia menangis, toh anak kita juga tidak akan mati karena menangis” tapi dak tega juga tadz -__-a. Jadi intinya shalat khusuk itu bisa tetap fokus sekalipun banyak gangguan di sekiling kita.

Tak sengaja saya mengigat-ingat sebuah tulisan yang menjadi lembaran taushiyah yang kami bagikan, ketika di LDF dulu. Berikut isi artikelnya
Shalat tapi Lupa Makna

"Seburuk-buruk pencuri adalah orang yang mencuri akan shalatnya. Mendengar perkataan ini, orang banyak bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana orang mencuri shalatnya itu? Berkata Rasulullah: Yaitu tidak ia sempurnakan ruku'nya dan sujudnya." (HR Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Qatadah)
Sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Muwaththa' Imam Malik, dalam suatu kesempatan Rasulullah bersabda, "Apa yang kalian lihat tentang peminum, pencuri dan pezina?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Kemudian beliau bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang keji dan berdosa." Selanjutnya beliau menyambung perkataannya, "Seburuk-buruk pencuri adalah mereka yang mencuri shalatanya," dan seterusnya....
Dalam ilmu fiqih, shalat bagi kaum muslimin adalah fardhu 'ain. Artinya, setiap individu muslim wajib mendirikannya. Sebagai konsekuensinya, jika dikerjakan akan mendatangkan pahala, jika ditinggalkan akan terkenai sanksi dosa.
Kewajiban setiap muslim adalah mendirikan shalat, bukan sekadar mengerjakan. Ada beberapa perbedaan prinsip antara menegakkan dan mengerjakan. Pertama, mengerjakan itu berkonotasi rutinitas, sedangkan menegakkan berarti ada sesuatu yang dibangun dari awal atau ada yang bengkok kemudian diluruskan, yang tertidur dibangunkan. Atau lebih tepatnya, yang pasif diaktifkan.
Kedua, mengerjakan lebih menekankan pada aspek jasmani, sedangkan mendirikan, selain jasmani juga ruhani. Karena shalat tidak sekadar gerak badan, tapi gabungan antara gerak badan, lisan, dan hati secara bersamaan.Mengerjakan tidak dituntut kesempurnaan pelaksanaannya, sedangkan menegakkan memberi tekanan pada penyempurnaan syarat, rukun, dan kehadiran hati di dalamnya. Dengan demikian, mengerjakan shalat jauh lebih mudah daripada mendirikannya. Siapa saja bisa mengerjakan shalat, tapi tidak semua bisa mendirikannya. Sedangkan perintah Allah kepada kita adalah menegakkan atau mendirikan, bukan mengerjakan. Semua perintah shalat dalam al-Qur'an selalu menggunakan kata aqiimish-shalah, sebagaimana firman-Nya:
 "Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, akanmendapatkan pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan." (QS al-Baqarah: 110)
 Untuk mendirikan shalat dibutuhkan sikap sempurna, meliputi segala kaifiyatush-shalah, baik syarat, rukun maupun wajibnya. Tak kalah pentingnya adalah menghadirkan hati pada setiap gerakan shalat, disesuaikan dengan ucapan lafadz-lafadz doa yang dibaca. Di sini banyak orang yang kemudian lalai dalam shalatnya. Ia mengerjakan shalat, tapi lupa untuk menyempurnakannya. Dalam shalat mereka juga mengucapkan berbagai doa, tapi lupa menghayati maknanya. Antara yang diucapkan dan gerak hatinya berbeda, demikian juga gerak pikirannya. Ketika seseorang melalaikan hal di atas, berarti ia telah mengurangi takaran kewajibannya. Mengurani takaran itu sama halnya dengan mencuri.

Alangkah seringnya kita mencuri shalat. 

Salah satu kegiatan yang palng sering dicuri adalah thuma'ninah, yaitu diam sejenak pada saat ruku' dan sujud. Pada saat ini tidak sedikit di antara kita justru terburu-buru. Baru sejenak tangan menempel di lutut ketika ruku', sudah bangkit lagi. Baru beberapa detik dahi menempel di lantai ketika sujud, sudah diangkat kembali. Bahkan banyak di antara kita yang dahinya belum sempat menyentuh lantai secara utuh sudah diangkat kembali.
Andaikata kita mengetahui fadhilah ruku' dan sujud, tentu kita akan lebih memperlambatnya. Saat ruku' dan sujud itulah hubungan seorang hamba dengan Tuhannya menjadi sangat dekat. Itulah saat yang paling tepat bagi kita untuk mengakrabkan diri kepada Allah. Kita berkenalan, berdialog, bermuwajahah. Pada saat ini seolah-olah kita sedang melihat Allah, jika tidak demikian, kita yakini saja bahwa Allah sedang melihat kita.
Duhai, sungguh merugi orang yang melalaikan shalatnya. Ia tidak memperoleh apa-apa, kecuali kelelahan saja. Itupun masih harus menerima balasan dari Allah, berupa celaan yang menghinakan, sebagaimana firman-Nya:
 "Celakalah bagi orang yang shalat, yaitu yang lalai dalam shalatnya." (QS al-Maa'un: 5)
 By : BWPI FP UNSRI

 Ah sudah benarkah Shalat kita? Sudah khusukkah?
 Upaya untuk mempertajam kecerdasan ruhaniah tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan yang menderu untuk melaksanakan shalat. Hal ini karena di dalam shalat tersebut terdapat suasana yang mampu meningkatkan kualtas jiwa yang sangat tinggi, mampu mencegah perbuatan mungkar. Sayangnya, shalat sering dipandnag hanya dalam bentuk formal ritual, sebuah gerakan-gerakan fisik yang bterkait erat dengan tatanan fiqh. Tanpa da muatan yang mendalam atau keinginan untuk memahami simbol-simbol atau hakikat yang terkandung di dalamnya. Sesungguhnya shalat yang kita dirikan itu pada hakikatnya merupakan samudra mutiara yang mencerdaskan ruhani. Shalat menunjukkan sikap bathiniah untuk mendapatkan kekuatan, kepercayaan diri, serta keberanian untuk tegas berdiri menapaki kehidupan dunia nyata melalui perilaku yang jelas, terarah, dan memberikan engaruh pada lingkungan (Tasmara, 2001).
“Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dalam shalatnya (menunda-nunda sehingga keluar dari waktunya).” (Al-Ma’un : 4-5)
”Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’..” (Al Isra:109; Maryam:58)
Dan sesungguhnya kitalh yang sangat mmebutuhkan shalat.  Bukan hanya sekedar rutinitas, tapi untuk pengekspresain cinta yang mendalam. Sesungguhnya shalatku, ibdahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah..

Hati yang legam
Seperti kubangan tak dihiraukan
Ringkih mengharap sentuhan
Dengan kain iman yang kumal
Ku merintih
Ku berharap
Terampunkan segala dosa
Menampakkan lagi cermin diri..
Rabbi, dosa ini menggunung tinggi..
tapi rahmatmu tak sesentipun alfa dalam jalan kehidupanku
Ampuni aku..Ya Rabb..



Inspiring:
Kecerdasan Rukhiya; KH Toto Tasmara, 2001
Ustadz Karim dalam Peringatan Isra Mi'raj Masjid Nurul Persada
Damai Indonesiaku
Alam Semesta Bertawaf; Dyayadi, MT

Copas from myNewBlog: http://oktavianamj.wordpress.com/2012/06/18/allah-tidak-butuh-shalat-kita/


2 komentar:

  1. Begitu vitalnya shalat sehingga tak mengherankan apabila ibadah ini menjadi ibadah yg pertama kali dihisab dan dipertanggungjawabkan di hadapn Allah swt. makasih banyak, postingannya sangat mencerahkan.

    BalasHapus

Air, Embun, Bintang, Langit, Pelangi

Menghargai hidup, itu artinya menghargai apa2 yang Allah berikan kepada kita. Kesusahan, kesenangan..
adalah bagian agar hidup menjadi lebih hidup.
seperti air yang bermanfaat..
seperti embun yang bening menggeliat
seperti bintang yang rela menunggu jutaan tahun untuk memancaarkan sinaarnya..
seperti langit yang biru berkisah..
seperti pelangi yang tak sempurna bulatnya..

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!
Semoga bermanfaat.

Label

Powered By Blogger