Jumat, 01 Juni 2012

Aku-diri-pemuda-pasca

Suatu ketika ketika masa kekhalifahan Ali, seorang pemuda datang kepada Amirul mukminin itu. Kemudia ia bertanya “Duhai amirul mukminin, saya ingin bertanya. Kenapa pada masa kekhalifahanmu ini begitu banyak permasalahan yang terjadi mendera ummat. Berbeda dengan kepemimpinan sebelumnya”. Kemudian Ali Ra menjawab “ Iya, karena dulu pemudanya seperti aku. Sedangkan sekarang pemudanya seperti kalian” #DEG

Melirik diri, betapa kumal dan compang campingnya kain iman ku ini. Sedang hati begitu legam dan hitam. Ah, tapi kenapa di dasarnya kesombongan begitu mengakar kuat seolah ingin tumbuh menjulang, mengalahkan sifat-sifat baik lainnya. Allahhu, seberapa besar persentase kedakwahan yang telah dilakukan diri.  Seberapa manfaat diri ini untuk orang-orang di sekitar.
Apakah saya termasuk pemuda yang disinggung-singgung Ali?? Atau bagian yang dimaksud Rasulullah “buih” itu?? Allahhu…Jadikan aku, yang tetap bertahan walau semua telah pergi meninggalkan.

Pernahkah kita berpikir seberapa besar potensi pemuda dalam membangun bangsa ini. Kalo Pak Soekarno bilang “berikan aku 10 pemuda, maka akan aku guncangkan dunia”. Masihkah kata-kata itu menjadi disiplin karakter dalam diri kita. Pemuda seperti Ali, mungkin ada, mungkin juga tidak. Tapi tak banyak pula yang menjadikan perbedaan zaman sebagai alasan kita untuk memudarkan karakter-karakter pemuda seperti Ali. 
  
"Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia. Seiring bertambahnya usia dan kearifanku, ku dapati bahwa dunia tak kunjung berubah. Maka cita-cita itu pun ku persempit Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negriku. Namun nampaknya, hasyrat itupun tiada hasilnya. Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang tersisa kuputuskan untuk mengubah keluargaku. Tetapi celakanya, mereka pun tak mau diubah. Dan kini sementara aku terbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba ku saadari.. Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku sendiri. Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin aku bisa mengubah keluargaku, lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi aku pun mampu memperbaiki  negriku. Kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia!" ~SMS Noname~

Tak perlu banyak bertanya atas apa yang bisa kita lakukan terhadap sekeliling kita, coba tanyakan dulu apa yang sudah kita usahakan untuk memperbaiki pribadi kita. Karena pribadi yang baik, tentu akan membawa kebaikan pula di sekitarnya. "Lakukan apa yang bisa kita lakukan, kalo ditegur baru diem" :D XD

Tapi di sisi lainnya...
Ketika aura pasca kampus itu begitu dekat, diri rasanya ingin melesat mendekati, tapi ku lihat kanan-kiri. Wajah hangat saudara/i ku begitu lekat.  Sungguh, begitu saya akan merindukan saat-saat di kampus ini. Maka sebelum pergi, lakukanlah apa yang harus dilakukan, semampu dan seoptimal mungkin. Dan yang paling berharga itu ketika kita mampu mempertahankan semuanya setelah pasca kampus nanti. Kapan itu? Semua akan indah pada masanya :).
Saya ingat kata-kata mama “Jilbab lebarnya jangan Cuma sekarang aja ya nak, nanti..nanti..dan nanti.. “ ketika melihat fenomana dan fakta yang terjadi, kata-kata mama seperti simpul dari ribuan benang kusut yang mendarat di saraf otak. Ah, mereka, mereka, dan mereka. Dulu ketika di kampus jilbabnya begitu indah menjutai, menutupi dada.. tapi kenapa kini..? seberat itukah pasca kampus.. “Semua tergantung niat…” kata-kata ini menepis tegas semua bimbang yang menimbulkan zona abu-abu di dalam hati ini. Renyuh rasanya, sudahkah niat ini lurus di jalan yang begitu dibangga-banggakan para sahabat. Sebuah keistiqamahanlah jawabannya!!~

Segurat mata diwajahnya menimbulkan tanya
ia seolah tak ingin aku pergi
Namun di sisi lain di bibirnya ia tersenyum
seolah begitu rela aku pergi
Tapi sudut lain di hatinya
ia percayakan
bahwa yang pergi akan kembali

Kepergian itu sebuah keniscayaan, bukan berarti kita mau menjadi bagian dari "yang tergantikan". Namun adanya regenerasi tentunya diperlukan disepanjang zaman. Ibaratnya sebuah daun, ada massanya ia harus gugur. Tapi gugur bukan berarti hanya menjadi SAMPAH sejarah, karena yang gugurpun bisa bermanfaat menjadi pupuk #tsaahh. Semua tetap bisa bermanfaat sesuai pada porsinya, tapi tetap tergantung bagaimana kita berusaha menjadi manfaat yang tepat itu

…Lalu, Di hati yang terdalam aku bertanya lagi, aku ini masalah atau solusi?? Karena sungguh, amalan yang kita tinggalkan secara sengaja ataupun tidak berbanding lurus dengan seberapa banyak maksiat-maksiat kecil yang kita lakukan.
Karena hati sungguh mempengaruhi, maka berhati-hatilah dengan hati…
Ya Rabbi Izzati, luruskan pula niat dalam penyelesaian tugas akhir ini.


 "ah, aku masih begitu suka menulis. Ya aku suka, dan harus selalu suka "bagian ini". Sarafku tiba-tiba memerintakan aku untuk berhenti bergerak. Ada hal dahsyat lain yang harus ku tuliskan"

Di Awal Juni, masih dikebahagiaan Tugas Akhir.

2 komentar:

Air, Embun, Bintang, Langit, Pelangi

Menghargai hidup, itu artinya menghargai apa2 yang Allah berikan kepada kita. Kesusahan, kesenangan..
adalah bagian agar hidup menjadi lebih hidup.
seperti air yang bermanfaat..
seperti embun yang bening menggeliat
seperti bintang yang rela menunggu jutaan tahun untuk memancaarkan sinaarnya..
seperti langit yang biru berkisah..
seperti pelangi yang tak sempurna bulatnya..

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!
Semoga bermanfaat.

Label

Powered By Blogger