Senin, 06 Februari 2012

MELANKOLIS VS REALISTIS: apa hubungannya??


Setelah sekian lama tak menulis…
Setelah sekian lama teradaptis dengan kata2 yang terlalu melankolis.
Saatnya menulis, dengan klue yang saya beri yaitu ”S”.
Saatnya, menulis untuk sebuah Maha karya yang akan terabadikan oleh mata2 elang.
Ya mata2 elangnya bapak ibu pembimbing saya. Saya dengan sorot mata kecil saat menghadapi mereka, terkadang hanya mampu berucap ”ya pak/bu, akan saya perbaiki” eeeleeehh.. walau sebelum itu sudah mencoba ”membantah” dan bertahan dengan argument saya. Tapi tetap saja, mereka bilang ”terserah anda, asal anda siap mempertahankannya nanti”. Heuu.. keluh lagi, resah lagi. Berulang kali kata2nya yang mesti saya serap. Membuat saya bisa kesulitan tidur berjam2, belum lagi tentang spekulasi dari kanan kiri. Yang bilang ”judul apa iini”. #ajibb.. jawab saya dalam hati. Ini memang judul terbaru dan ”berbeda”.. Hmm.. kembali ke topik. Tentang kata2 melankolis Vs Realistis, emang apa bedanya ya? Ya jelas bedaalah. Terus kenapa mau dibedain. Suka2 saya lahh... ehh, piye tooh..
Ok, ginilah ya. Saya kan tipikal yang rada suka menulis sesuatu yang berbau ”melankolis” terhitung sejak SMP. Mau beralih fungsi lapak ke tulisan yang mengarah pada hal yang >>> ”realistis”. Contohnya?? Karya tulis ilmiah, artikel, jurnal, dll. Tanya kenapa?? Awalnya Cuma ingin coba2.. eh, malah berakhir dengan pancaroba. Glek.. asyikklah. Sebenarnya, ini gara2 kejadian ”sindiran” salah satu teman, yang bilang kalo saya Cuma bisa menulis hal2 yang bersifat ”melankolis” (red: puitis). Jadi sindiran itu malah saya jadikan motivasi yang terpendam buat diri saya. ”Wawww..”super sekali ya temen saya itu. Bisa membuat dirinya dan kata2nya jadi motivasi. Ya, patut diacungi satu jemol aja lah ye.. kwkwkk.. dan akhirnya buralang kali aku mencoba.. untuk menulis dan menulis sebuah karya yang ”realistis”. Tidak penuh dengan konotasi2, tidak penuh dengan bualan2 lembut yang menghanyutkan.. #asekkk ya. Jadi ini ni, karya awal saya, ikut ajang PKM. Walaupun dulu2nya GAGAL dan berlanjut dengan Ketidakjelasan ketika mau ikut ke lomba berikutnya, tapi ya ”sudahlah..” ya sudahlah, bukan berrati menyerah looh. Itu tu ungkapan syukur dan tekad ”aku akan mencoba di lain waktu”.
Jadi.. jreng jreng... intinya, menulis appaun kita. Harus, kudu, mesti dibarengi dengan niat ”semoga tulisan itu bermanfaat”. Bukan Cuma untuk mengejar popularitas, kemenangan, atau apalah. Soalnya ni, pernah kejadian.. karena niat saya yang melenceng beberapa derajat. Jadi karya saya itu saya sendiri aja menilainya ”NOL”, apalagi oarang lain ya..

Dan kini, di detik2 terakhir di dunia perkampusan ini. Saya berharap masih punya waktu buat berkarya. Walau Cuma satu dua. Lumayanlah untuk mengasah jari2 ini menjadi jari yang tajam dalam mengukir kata. Dan Maha karya terakhir untuk Strata satu ini, yaitu si ”S” yang kadang buat galau. Sekarang aja sedang masa #penantian bisa melanjutkannya dititik semangat yang hampir *kritis. Ciiee.. mulai mulai melankolisnya nongol. Bagaimanapun hasil akhirnya nanti, saya Cuma berharap si ”S” yang saya buat ini benar2 bermanfaat dunia wal akhirat. Pokoke, niatkan semuanya karena Allah. Yang terpenting, kita harus menjalani semua prosesnya dengan sungguh2, mengurangi keluh, apalagi untuk runtuh. Untuk hasil.. kembalikan pada Maha pembuat Rencana.. kalo kata mam saya " Selama papun Allah "menundanya", namun jika Dia berkehendak itu terjadi lebih cepat. mka ia akan terjadi lebih cepat di luar dugaan. Akan tetapi, sekeras apapun adek berusaha lari dan mengejarnya. klo memang Allah tidak berkehendak itu terjadi, maka bisa jadi ia tertunda lebih lama. intinya sabar, jangan mengeluh"..

Siiip dech buat mama tersayang.. semoga semangat ini bisa makin melesat hebat. Dan aku akan katakan ”akulah sang juara”. Karena pemenang yang sesungguhnya itu, yang mmapu mengalahkan hawa nafsunya. Okok.. cukup sekian. Klopun antara judul dan isi kurang #klop itu pertanda mereka belum jodoh *loohhh. Buka ding, itu pertnda yang nulis lagi sibuk nyari referensi TAnya, atau nyari obat kegalaunnya, atau nyari nyari si dia... ciee..
Dah dah dah... cukup sekian dan terimakasih..

[*_____*]

Ttd: si penikmat jingga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Air, Embun, Bintang, Langit, Pelangi

Menghargai hidup, itu artinya menghargai apa2 yang Allah berikan kepada kita. Kesusahan, kesenangan..
adalah bagian agar hidup menjadi lebih hidup.
seperti air yang bermanfaat..
seperti embun yang bening menggeliat
seperti bintang yang rela menunggu jutaan tahun untuk memancaarkan sinaarnya..
seperti langit yang biru berkisah..
seperti pelangi yang tak sempurna bulatnya..

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!
Semoga bermanfaat.

Label

Powered By Blogger