Di sini..
Kita Bersama, merangkai mimpi
Menciptakan melodi2
“Katakanlah, “inilah jalan (agama)ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada allah dengan hujah yang
nyata, ‘Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf:108)
Di jalan ini…
Ada ukhuwah yang indah
mengiringi..
menguatkan ikatannya..
Meski kadang
ada LUKA
ada KECEWA
Tapi indahnya kebersamaan mampu meleburkannya..
Bila Cinta memanggilmu,
Ikutilah dengannya meski jalan yang kalian tempuh terjal dan
berliku.
Dan bila
sayap-sayapnya merengkuhmu,
Pasrah dan menyerahlah meski pedang yang tersembunyi di
balik sayap itu akan melukaimu.
Kahlil Gibran
Ya Allah! Ambil darahku hari ini sekehendakMu
Sampai Engkau ridha padaku
Thalhah ibn ‘Ubaidillah
Di sana,
ada cinta dan tujuan
Yang membuatmu menatap jauh ke depan
Di kala malam begitu pekat
Dan mata sebaiknya dipejam saja
Cintamu masih lincah melesat
Jauh melampaui ruang dan masa
Kelananya menjejakkan mimpi-mimpi..
Salim A. Fillah (jalan cinta Para Pejuang)
Begitulah cinta
Ia adalah sebuah gagasan yang murni tentang kehidupan yang
lapang
Mata airnya adalah niat baik dari hati yang murni
Muara adalah kehidupan yang lebih baik
Alirannya adalah gerakan
amal dan kerja memberi yang tak henti-henti
Cinta adalah gagasan tentang penciptaan kehidupan setelah
kehidupan tercipta.
Anis Matta
Mereka sudah cukup
senang dengan mimpi-mimpi
Dan teruji dengan
keberuntungan
Mereka bilang menyelami laut perjuangan
Tapi mereka toh tak teruji
-Risalah Pergerakan Hasan Al- Bana-
Jalan dakwah
tidak ditabuuri bunga-bunga harum, tetapi merupakan jalan sukar dan panjang. Dakwah
memerlukan kesabaran dak ketekunan memikul beban berat. Dakwah memerlukan
kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapakan hasil yang
segera, tanpa putus ada dan putus harapan. Kekuatan yang paling baik ialah
kekuatan yang bersama dengan kebenaran dan kelemahan yang paling buruk ialah
kelemahan berhadapan dengan kebathilan.
Imam Syahid Hasan Al Banna
Di jalan cinta para pejuang, kesetiaan bukanlah padamu,
bukanah pada manusia. Tapi Kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa dan
syari’at-syari’atNYa
Salim A. Fillah (jalan cinta Para Pejuang)
“Kami akan
memerangi manusia dengan kecintaan tidak dengan pedang” Imam Syahid Hasan Al
Banna
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata ”
Aku, surga dan tamanku ada di dalam dadaku, kemana pun aku pergi ia selalu
bersamaku, tidak meninggalkanku. Jika aku dipenjara, bagiku itu adalah khalwah.
Jika aku dibunuh, bagiku itu adalah syahadah. Dan jika aku diusir dari negriku,
bagiku itu adalah siyahah, jalan-jalan.” [Dalam buku ”Penawar Lelah Pengemban Dakwah Dr. Abdullah
Azzam].
Wahai
manusia, setelah kehidupan yang pendek ini. Kamu akan menjalani kehidupan yang abadi. Bila kamu memahami rahasia
tugasmu dalam kehidupan ini dan mengikhlaskan amal untuk Tuhanmu, ada
kenikmatan yang menanti.
Hasan Al Banna
Teruntuk kalian sahabat…
Tanah Gersang
Dalam
hubungan-hubungan yang kita jalin di kehidupan, setiap orang adalah guru bagi
kita.
Ya, setiap orang. Siapapun mereka. Yang baik, juga yang jahat.
Betapapun yang mereka berikan pada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya, mereka tetaplah guru-guru kita.
Bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana.
Melainkan karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijaksana.
Ya, setiap orang. Siapapun mereka. Yang baik, juga yang jahat.
Betapapun yang mereka berikan pada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya, mereka tetaplah guru-guru kita.
Bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana.
Melainkan karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijaksana.
Mereka
mungkin tanah gersang. Dan kitalah murid yang belajar untuk menjadi bijaksana.
Kita belajar untuk menjadi embun pada paginya, awan teduh bagi siangnya, dan rembulan yang menghias malamnya.
Tetapi barangkali, kita justru adalah tanah yang paling gersang.
Lebih gersang dari sawah yang kerontang.
Lebih cengkar dari lahan kering di kemarau yang panjang.
Lebih tandus dari padang rumput yang terbakar dan hangus.
Maka bagi kita sang tanah gersang, selalu ada kesempatan menjadi murid yang bijaksana.
Kita belajar untuk menjadi embun pada paginya, awan teduh bagi siangnya, dan rembulan yang menghias malamnya.
Tetapi barangkali, kita justru adalah tanah yang paling gersang.
Lebih gersang dari sawah yang kerontang.
Lebih cengkar dari lahan kering di kemarau yang panjang.
Lebih tandus dari padang rumput yang terbakar dan hangus.
Maka bagi kita sang tanah gersang, selalu ada kesempatan menjadi murid yang bijaksana.
Seperti
matahari yang tak hendak dekat-dekat bumi karena khawatir nyalanya bisa
memusnahkan kehidupan.
Seperti gunung api yang lahar panasnya kelak menjelma lahan subur, sejuk menghijau berwujud hutan.
Dan seperti batu cadas yang memberi kesempatan lumut untuk tumbuh di permukaannya.
Dia izinkan sang lumut menghancurkan tubuhnya, melembutkan kekerasannya.
Demi terciptanya butir-butir tanah.
Demi tersedianya unsur hara agar pepohonan berbuah.
Seperti gunung api yang lahar panasnya kelak menjelma lahan subur, sejuk menghijau berwujud hutan.
Dan seperti batu cadas yang memberi kesempatan lumut untuk tumbuh di permukaannya.
Dia izinkan sang lumut menghancurkan tubuhnya, melembutkan kekerasannya.
Demi terciptanya butir-butir tanah.
Demi tersedianya unsur hara agar pepohonan berbuah.
-Salim
A. Fillah, Dalam Dekapan Ukhuwah-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar