Tiba-tiba saja inget situasi sore
kemarin, bagaimana langit bercerita langsung tentang “tiga kisah” yang berbeda.
Dibagian timur nampak pelangi yang terpotong oleh awan kelabu, lalu
ditengah-tengah nampak semburat awan yang cerah tanpa tertutup mendung, dan
dibagian barat senja yang merona akibat matahari yang menenggelamkan wujudnya,
menunjukkan betapa Allah Maha Menguasai Alam ini. Hanya ingin sedikit berbagi
dan memaknai hidup ini dari cerita ketiga langit tersebut.
Setiap orang tentu pernah merasakan sesuatu yang disebut awal kehidupan
bukan? Ya sedikit disamakan dengan proses kita dalam menjalani hidup ini,
dengan cerita langit di atas. Pada mulanya kita dilahirkan seperti sejumput
awan yang kosong, putih lagi bersih. Tak ada yang bisa menyebut kita ”kotor”
karena saat itu, kita memanglah ”bersih” (red-hati). Walau kita bukan terlahir dalam
keluarga islam sekalipun. Itulah awal kehidupan yang disebut bayi hingga masa
kanak-kanak. Manusia pada awalnya dilahirkan sama, yaitu dalam keadaan bersih. Pun diciptakan dari hal
yang sama.
“Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” (Shad : 71)
“Saya lebih baik daripada
dia, Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A’raaf:12)
“Turunlah kamu dari Surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Al-A’raaf:13)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati
itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al
Mukminun : 12-14)
“Wahai manusia, jika kamu dalam
keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami
telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim,
apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5)
Ya beginilah proses penciptaan
manusia, tak ada yang berbeda kita tercipta dari hal yang sama. #thingking!!
Pantaskah kita Ujub, Sombong, ataupun Takabur??
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS.
Al-Baqarah: 32)
Kita tercipta sama, hanya saja kita dibentuk di
lingkungan dan cara yang mungkin berbeda-beda. Saat itulah kita mulai mengalami
berbagai fase perubahan, sedikit demi sedikit manusia mengalami “peningkatan”
dalam hidupnya. Setelah bayi, kanak-kanak, sampailah manusia dalam kondisi Baligh atau dewasa. Mungkin tidak semua
manusia juga sempat mengalami hal ini, ada beberapa yang telah diambil kembali
oleh Allah sebelum masa pencapaian ini. Untuk masa Baligh, saya tidak akan membahas secara mendetail. Yang jelas di
masa ini, kita sudah harus mulai mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan
sendiri. Berbeda dengan masa sebelum ini. Karena Baligh juga diartikan
“berakal”, artinya kita sudah mulai bisa membedakan yang benar dan yang salah,
namun lagi-lagi untuk mencapai titik itu kondisi lingkunganlah yang akan
menempa kelambanan atau kesigapan seseorang dalam memahami dan membedakan
sesuatu. Ya lingkungan.
Dimulai dari tahap baligh dan seterusnya, di sini
lah kita mengalami berbagai proses kehidupan lagi. Dimana kita ditempa menjadi
pribadi-pribadi yang berbeda, pribadi yang mulai berpikir masa depan. Pribadi
yang mulai memiliki ambisi dan keinginan, atau bahkan mulai dari sinilah kita
sadari bahwasanya kita dalah “pemimpin” bagi diri kita sendiri. Kita adalah
khalifah di bumi ini..
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat,
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka
berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Rabb berfirman,
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.
Al-Baqarah: 30)
Bukan hanya itu, bahkan ada sebagian dari kita
yang pada tahap ini menjadi pemimpin bagi orang lain, baik dalam
kelompok-kelompok kecil maupun kelompok besar. Kita mulai belajar memahami dan
menyelami berbagai karakter dari ornag-orang di sekitar kita. Tak banyak orang
yang mau menjadi pemimpin bagi orang lain. Namun banyak pula yang menjadi
pemimpin untuk “ambisi” pribadinya.
Tetapi ada orang-orang
yang membawa tujuannya untuk Allah, murni hanya untukNya. Mereka inilah yang
disebut-sebut sebagai pengemban dakwah.
Pada proses ini pulalah, terkadang untuk sebagian
orang mengalami siklus yang disebut “pemahaman”. Ada kalanya Allah memberi teguran kepadanya
berupa kesusahan dan kesedihan, bahkan terkadang melalui kesenangan. Tak semua
juga orang paham membedakan akan hal ini. Dalam tahap inilah, ada sebagian
orang yang terus menerus merasa dirundung “mendung” seperti kisah langit di
atas, ada pula yang paham bahwasanya setelah “mendung” tersebut aka nada
pelangi yang muncul walaupun dengan kondisi “terpotong” tak sempurna
membulatnya. Namun ada pula sebagian orang yang menjadikan hari-harinya merasa
cerah karena ia adalah orang yang pandai bersykur. Setiap masalah yang ia
hadapi, ia anggap bagian dari Kasih sayang Allah padanya, namun sangat sulit
menemukan orang yang seperti ini.
“Sesungguhnya
Allah menetapkan takdir-takdir makhluknya lima
puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit-langit dan bumi.” (HR. Muslim 2653, shahih)
Dan
setelah segala proses itu, kita berada pada sesi akhir dari perjalanan hidup
ini. Sama seperti matahari di saat senja, yang menenggelamkan dirinya. Ya kita
semua akan mengalami fase ”akhir” dari kehidupan ini. Bayangkan sodara-sodara!!
Matahari yang segitu gagahnya saja memiliki fase akhir, apalagi kita. Bahkan
semua telat tercatat mantap dalam Lauful MahfudzNya.. ya tercatat Mantap! Kapan
Malaikat Sakaratul maut itu akan menjemput kita. Terbayangkah????
Dengan amalan yang tak seberapa, pun belum tentu ikhlas itu.. kita akan
berakhir. Masayaallah.. kapankah itu duhai Rabbi?? Sudah pantaskah merindui
saat perjumpaan denganMU, sedang diri sehina ini??
Pada awalnya, manusia
tercipta dari tanah. Dan akan kembali ke tanah
yaitu alam kubur.
“Iblis berkata, “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.” Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,”(QS. Al -A’raaf:14-16)
"Kematian, yang dikenal sebagai berpisahnya ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain, sebagaimana dirtwayatkan bahwa, "Sesungguhnya kalian diciptakan untuk hidup abadi, tetapi kalian harus berpindah dan satu negen ke negen (yang lain) sehingga kalian menetap di satu tempat." (Abdul Karim AL-Khatib, I:217)
Begitulah kehidupan sodara-sodara. Ada awal dan juga akhir, tentu setiap kita berharap dari sejumput awan yang putih dalm kehidupan kita. kita punya "pelangi" sendiri di tengah-tengah kehidupan kita nanti. dan pada akhirnya, kita akan mengakhiri kehidupan kita dengan keindahan. Seindah senja sore kemarin. Ya kita punya awan masing-masing, langit masing-masing, pun guratan kisah masing-masing "di sana". Siapa yang tahu awalnya, siapa pula yang tahu akhirnya.. Hanya Dia.. Lalu sudah seberapakah kita menghargai hidup ini dengan syukur?? ^____^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar