Aku selalu merindukannya, sosok bijak yang selalu menjadi bagian dari cerminan diri. Ia selalu suka bicara, walaupun terkadang obrolan kami sering tidak nyambung. Tapi hati kamilah yang meprakarsai gagasan terbentuknya sebuah keterikan. Saat aku bicara ia mungkin mengerti maksudku, begitu pula saat ia bicara akupun selalu mengerti maksudnya. Tapi semua justru menjadi semakin tidak nyambung ketika kami mulai bicara serius. Ah itulah yang membuat pembicaraan kami tidak flat. Ia memang orang yang selalu ceria, guratan di wajahnya bahkan seolah tak sebanding dengan semangatnya yang selalu ada di dalam diriku.
Aku yang selalu mengelak untuk berbicara akhir-akhir ini, hanya karena pertanyaan standar dan bentuk perhatian darinya. Pertanyaan yang bahkan dicetuskan oleh banyak orang di sekelilingku, termasuk tetangga-tetanggaku. Ia bahkan menanyakan hal ini hampir di setiap komunikasinya.
Aku bukannya menghindar, hanya terkadang aku gelagapan ketika ditanyai dua hal yang membuatku speachless. aku mengerti, mereka tak pernah bermaksud mendikteku, hanya sekedar ingin membaurkan perhatian mereka sedalam-dalamnya. Aku bangga dan bahagia menjadi bagian dari hidup mereka.
__________________ Indralaya-Klaten | Yang merindui mbah di sana|
Dan Ia lagi2 bertanya " Lebaran mudik ra vin? kapan arep neng Klaten vin?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar