Suatu ketika ketika masa kekhalifahan Ali, seorang pemuda datang kepada
Amirul mukminin itu. Kemudia ia bertanya “Duhai amirul mukminin, saya ingin
bertanya. Kenapa pada masa kekhalifahanmu ini begitu banyak permasalahan yang
terjadi mendera ummat. Berbeda dengan kepemimpinan sebelumnya”. Kemudian Ali Ra
menjawab “ Iya, karena dulu pemudanya seperti aku. Sedangkan sekarang pemudanya
seperti kalian” #DEG
Melirik diri, betapa kumal dan
compang campingnya kain iman ku ini. Sedang hati begitu legam dan hitam. Ah,
tapi kenapa di dasarnya kesombongan begitu mengakar kuat seolah ingin tumbuh
menjulang, mengalahkan sifat-sifat baik lainnya. Allahhu, seberapa besar
persentase kedakwahan yang telah dilakukan diri. Seberapa manfaat diri ini untuk orang-orang
di sekitar.
Apakah saya termasuk pemuda yang
disinggung-singgung Ali?? Atau bagian yang dimaksud Rasulullah “buih” itu??
Allahhu…Jadikan aku, yang tetap bertahan walau semua telah pergi meninggalkan.
Pernahkah kita berpikir seberapa
besar potensi pemuda dalam membangun bangsa ini. Kalo Pak Soekarno bilang
“berikan aku 10 pemuda, maka akan aku guncangkan dunia”. Masihkah kata-kata itu
menjadi disiplin karakter dalam diri kita. Pemuda seperti Ali, mungkin ada,
mungkin juga tidak. Tapi tak banyak pula yang menjadikan perbedaan zaman sebagai alasan kita untuk
memudarkan karakter-karakter pemuda seperti Ali.
"Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia. Seiring bertambahnya usia dan kearifanku, ku dapati bahwa dunia tak kunjung berubah. Maka cita-cita itu pun ku persempit Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negriku. Namun nampaknya, hasyrat itupun tiada hasilnya. Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang tersisa kuputuskan untuk mengubah keluargaku. Tetapi celakanya, mereka pun tak mau diubah. Dan kini sementara aku terbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba ku saadari.. Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku sendiri. Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin aku bisa mengubah keluargaku, lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negriku. Kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia!" ~SMS Noname~
Tak perlu banyak bertanya atas apa yang bisa kita lakukan terhadap sekeliling kita, coba tanyakan dulu apa yang sudah kita usahakan untuk memperbaiki pribadi kita. Karena pribadi yang baik, tentu akan membawa kebaikan pula di sekitarnya. "Lakukan apa yang bisa kita lakukan, kalo ditegur baru diem" :D XD
Tapi di sisi lainnya...
Ketika aura pasca kampus
itu begitu dekat, diri rasanya ingin melesat mendekati, tapi ku lihat kanan-kiri.
Wajah hangat saudara/i ku begitu lekat. Sungguh, begitu saya akan merindukan saat-saat
di kampus ini. Maka sebelum pergi, lakukanlah apa yang harus dilakukan, semampu
dan seoptimal mungkin. Dan yang paling berharga itu ketika kita mampu
mempertahankan semuanya setelah pasca kampus nanti. Kapan itu? Semua akan indah pada masanya :).
Saya ingat kata-kata mama “Jilbab
lebarnya jangan Cuma sekarang aja ya nak, nanti..nanti..dan nanti.. “ ketika
melihat fenomana dan fakta yang terjadi, kata-kata mama seperti simpul dari
ribuan benang kusut yang mendarat di saraf otak. Ah, mereka, mereka, dan
mereka. Dulu ketika di kampus jilbabnya begitu indah menjutai, menutupi dada..
tapi kenapa kini..? seberat itukah pasca kampus.. “Semua tergantung niat…”
kata-kata ini menepis tegas semua bimbang yang menimbulkan zona abu-abu di
dalam hati ini. Renyuh rasanya, sudahkah niat ini lurus di jalan yang begitu
dibangga-banggakan para sahabat. Sebuah keistiqamahanlah jawabannya!!~
Segurat mata diwajahnya menimbulkan tanya
ia seolah tak ingin aku pergi
Namun di sisi lain di bibirnya ia tersenyum
seolah begitu rela aku pergi
Tapi sudut lain di hatinya
ia percayakan
bahwa yang pergi akan kembali
Kepergian itu sebuah keniscayaan, bukan berarti kita mau menjadi bagian dari "yang tergantikan". Namun adanya regenerasi tentunya diperlukan disepanjang zaman. Ibaratnya sebuah daun, ada massanya ia harus gugur. Tapi gugur bukan berarti hanya menjadi SAMPAH sejarah, karena yang gugurpun bisa bermanfaat menjadi pupuk #tsaahh. Semua tetap bisa bermanfaat sesuai pada porsinya, tapi tetap tergantung bagaimana kita berusaha menjadi manfaat yang tepat itu
…Lalu, Di hati yang terdalam aku
bertanya lagi, aku ini masalah atau solusi?? Karena sungguh, amalan yang kita
tinggalkan secara sengaja ataupun tidak berbanding lurus dengan seberapa banyak
maksiat-maksiat kecil yang kita lakukan.
Karena hati sungguh mempengaruhi, maka
berhati-hatilah dengan hati…
Ya Rabbi Izzati, luruskan pula niat dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
"ah, aku masih begitu suka menulis. Ya aku suka, dan harus selalu suka "bagian ini". Sarafku tiba-tiba memerintakan aku untuk berhenti bergerak. Ada hal dahsyat lain yang harus ku tuliskan"
Di Awal Juni, masih
dikebahagiaan Tugas Akhir.
teguhkan hati.. :)
BalasHapusIya kak..
Hapusmakasih sudah berkunjung :D