Bismillahirahmanirahim..
Sesambilan menyelesaikan PR dari Pembimbing kedua saya (eleeh,
sok-sokan. Padahal banyakan lirik kanan kirinya). :p
Baiklah.. saatnya melajutkan
bahasan tentang ADK pun jauh dari kata sempurna. Kalo bahasan kemarin agak
menjelimet dan jadinya malah bahan curcol saya tentang “sesuatu”, kali ini kita
bahas ini dengan bahasa yang agak serius.
Sebelum lanjut, kita samakan nada dulu tentang. APA ITU ADK?
ADK (AKTIVIS DAKWAH KAMPUS): ADK adalah
kader dakwah dan tarbiyah yang memiliki peran dalam Dakwah Kampus. Peran yang
dilakukan bisa berupa sebagai pengurus lembaga dakwah kampus, murobbi kampus,
dan sebagainya. Peran ADK ini bisa dijalankan oleh kader dakwah yang bertitel
mahasiswa, atau dosen, atau kader dakwah lainnya yang bersinggungan dengan
Dakwah Kampus. Mereka harus dapat
bergerak bersama-sama dalam koridor strategi dakwah kampus yang bersangkuta.
(copas)
Tujuan Dakwah KampusTujuan utama dari Dakwah kampus adalah adanya suplai alumni yang berafiliasi kepada Islam, dan optimalisasi peran kampus dalam upaya mentransformasi masyarakat menuju masyarakat Islami. Derivasi dari hal ini maka peran tarbiyah kampus yang berkesinambungan – untuk menghasilkan alumni-alumni yang berafiliasi kepada Islam – menjadi sangat penting. Derivasi lainnya, lembaga dakwah kampus perlu secara bertahap menjadi lembaga dakwah kampus yang matang, agar dapat memainkan perannya di perguruan tinggi yang bersangkutan untuk dapat mengusung perubahan. Mengenai tahapan dakwah kampus ini perlu kajian tersendiri.
Sasaran Dakwah Kampus
Untuk mencapai tujuan di atas, ada beberapa sasaran antara yang harus dicapai terlebih dahulu. Sasaran tersebut antara lain:
1. Terbentuknya bi’ah (lingkungan) yang kondusif bagi kehidupan Islami di kampus, baik dalam sisi moral, intelektual, maupun tanggungjawab sosial. Kita tahu bahwa kampus adalah lingkungan yang heterogen. Ketika berinteraksi di dalamnya, maka butuh kekuatan untuk menjaga idealisme dengan tetap memperhatikan realitas. Hal ini berarti dakwah kampus memerlukan sebuah lingkungan kecil yang senantiasa dapat terus men-charge ruhiyah para ADK di tengah-tengah aktivitasnya di kampus. Sarana untuk itu adalah tarbiyah yang berkesinambungan untuk para ADK dan yang didakwahkannya.
2. Terbentuknya opini ketinggian Islam di kalangan kampus. Oleh karena itu syiar dalam mengkampanyekan kemuliaan Islam harus terus dilakukan secara rutin. Sarana-sarana syiar untuk ini cukup banyak, misalnya majalah, perpustakaan, peringatan hari besar Islam, tabligh akbar, dan sebagainya. Barangkali bisa kita diskusikan mengenai hal ini dalam kajian tersendiri.
3. Terbentuknya kesinambungan barisan pendukung dakwah. Untuk itu, tarbiyah yang berkesinambungan di setiap angkatan mahasiswa harus dipastikan berjalan. Ini membutuhkan sebuah lajnah yang dapat mengawasi itu dalam jangka panjang.
4. Terbentuknya hubungan timbal balik yang sinergis antara dakwah ammah dengan pengkaderan. Artinya, semua rekrutmen-rekrutmen dakwah diupayakan dapat dilanjutkan dengan proses dakwah secara khusus terhadap orang-orang yang direkrut tersebut.
Kalo bicara
tentang Dakwah Kampus yang dalam hal ini diperankan oleh para ADK, maka
bahasannya terlalu runut dan panjang.. bejibuun. Jadi kita langsung fokus ke
tujuan membahas ketidaksempurnaan sosok
ADK itu.
Pertama kita lihat dari sisi kemanusiaannya:
seperti yang saya jelaskan sebelumnya. ADK terdiri dari manusia-manusia yang
jauh dari kata sempurna. Itu saklak. Karena jama’ah kita sendiripun bukan
jam’ahnya para malaikat. Cuma manusia biasa.. sangat biasa. Hanya bedanya
mungkin, kita lebih dulu diberikan Hidayah oleh Allah untuk mengecap perjalanan
berliku di jalan dakwah itu sendiri.
Kalo dikaitkan dengan bahasan sebelumnya, sebenarnya hubungannya dengan
ketidaksempurnaan tadi apa ya? Kalo ada yang conect, sebenarnya bisa langsung
menangkap arah dan tujuannya kemana. ADK juga manusia, yang punya hati dan
fitrah sebagai manusia biasa. Berattt nih kalo urusannya sama hati. Emang gak mudah jaga hati. Jaga
rasa-rasa yang seliweran gak jelas secara tiba-tiba. Dan ini pun terjadi pada seorang,
dua orang, berorang2 (gak enak bgt bhsanya ya) yang menyandang status sebagai
ADK. Bukan apa-apa, sebenarnya itulah kenapa Allah sudah mewanti-wanti
kita-kita untuk ”Ghadzul Bashar” alias jaga pandangan dari awal2.
Firman Allah :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman[1], “Hendaklah mereka menundukkan
pandanganya, dan menjaga kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS : An Nuur [24] : 30).
Ini ni salah satu taushiyah singkat saya ketika itu. Klo inget ini, inget
kata-kata seorang temen ”jaga pandangan? Yang penting hati lah ta..” wah wah.
Ini sulit berlaku bagi saya.. selagi bisa menunduk dan menjaga pandangan kenapa
tidak. Walaupun pernah disindir kakak tingkat yang notabanenya ADK juga ”ngapoi dek, nyari koin receh yo?” saya
jawab mantap dalam hati ”idak kak, nyari syurga”. Selagi bisa dijaga, kenapa
tidak. Toh Allah juga memerintahkannya dalam ayat di atas, walaupun kayak kata
temen saya ”yang penting hati”.. ya kadang sesuatu yang tertinggal di hati kan
berawal dari pandangan juga. He..
Jadi sudah ketemu kan titik simpulnya, apa hubungan
bahasan saya yang pertama tentang ketidaksempurnaan seorang ADK??
Lanjut...
Kedua, mirip sama yang pertama. seorang ADKpun sudah
fitrahnya jatuh cinta. Tidak terlepas ia seorang yang sudah tertarbiyah
bertahun2 atau baru satu pekan. Kata Boss saya, tarbiyah pun tidak menjamin
seseorang menjadi lebih baik. Kalo!. Apa yang didapatkannya dari sana NOL
aplikasinya. Tarbiyah bukanlah segala-galanya,
tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah. Kalo Boss saya pernah membalikkan kata-kata itu
menjadi :Segala-galanya berawal dari
tarbiyah, tapi tarbiyah bukanlah segala-galanya. Bukan berarti bermaksud tarbiyah itu gak penting
lohh. Ini semua ya tergantung aplikasi kita dari hasil yang kita dapat setiap
pekannya. J
Karena toh faktanya, berita yang buat saya #jegeer kemaren juga terjadi
pada ... yang termasuk sudah lama tarbiyah. Wuallahualam untuk sehat atau
tidaknya. Itu di luar pengetahuan saya.
Ketiga, untuk kali ini tidak usah dikaitkan dengan
bahasan kemarinlah ya. Saya rasa sudah cukup jelas dengan pemaparan di atas.
Takutnya meluber sesuatu yang tidak perlu diungkapkan. Kita bahas yang lebih
mengarah ke kegiatan ADKnya aja lah. Yang pernah ikut daurah, baik itu daurah
marhalah (komsat) atopun Daurah dari kampus, pasti pernah dapet wajibat surat
Ash Shaf esspecially ayat 2:
”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat?”
Kesindir ga ya? Ketika kita berkoar kemana2. tapi ternyata apa yang kita
koar2kan itu tidak sama sekali kita lakukan!!. Beda jauh bukan sama dakwahnya
ala rasul dulu. Kalo rasul dulu lebih banyak prakteknya. Sehingga apa yang
disampaikan gak OMDO!!. Nah tapi terkadang inilah realita yang sering terjadi
di TKP. Tanpa sadar seorang Da’i menjilat apa yang sudah dikatakannya.
Astagfirullah.. semoga kita tidak tergolong orang munafik ya.. Baca lagi buku
Tazkiyatun Nafsnya Said Hawa lah..
Jadi bagusnya, kita sebagai ADK itu kayak kata Aa’ Gym ”Mulai dari diri
sendiri, mulai dari hal terkecil, dan mulailah sekarang”.
KeEmpat, lagi-lagi saya mengutip kata-kata seorang sesepuh
dakwah kampus di fakultas dulu. Katanya ”Kita bisa disebut ADK, kalo kita sudah
melalui dakwah Pasca Kampus, tetapi kita masih bisa istiqamah di jalan dakwah
ini”. Katanya sih dia juga nyolong tu kata-kata dari seorang ustadz, tapi saya
lupa siapa. Hee
Kesimpulannya:
* ADK juga Manusia (red: ikhwan,akhwat, anak Mushalah, de el el)
Kalo mau
nyindir, jangan bawa2 statusnya. Tapi lebih ke pribadinya. Misal seorang yang
berjilbab melakukan kesalahan. Terus ada yang nyeletuk ”padahal pake jilbab,
koq...”.
Kalo gitu
sebenarnya kita udah nyindir agama kita. Kan jilbab itu perintah agama.
Padahal, Islam itu gak salah. Yang salah ya pemeluk Islamnya. Yang kurang
pahim.
* Jadi ADK yang gak Cuma Pinter omong, tapi juga lebih dahulu dan lebih
banyak aplikasi amalnya. ”Diam itu Emas..” J
* ADK yang sebenarnya itu, saat di Pasca Kampus dia masih Istiqamah di
jalan ini.
Jadi sebenanrnya sudah pantes belum ya kita disebut sebagai ADK
(red:ikhwan, akhwat, Anak Mushalah, de el el) ????
Pantes gak pantes, sempurna gak sempurna. Gelar or Status sosial itu sudah
melekat dalam diri kita. Dan semoga bisa tertanam dan mengakar kuat dalam jiwa
kita. Bukan sekedar ”Status”!. Tapi bukan berarti, lantas kita melakukan
amalan-amalan kita karena Status tadi. Tetap.. back to Niat.. SATU. Allah aza
wa Jallah.
Wuallahualam..
*Matikan Laptop, Istirahatkan diri. #cekklek.. (--”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar