Rabu, 25 Juli 2012

#1 Dakwah bil Profesi; Bukan salah petani yang pintar, tapi penyuluh yang kurang belajar

Hilangnya sifat kepercayaan petani kepada penyuluh sudah menjadi hal yang sangat lumrah dialami di lapangan oleh para penyluh pertanian. Permasalahannya tidak hanya terletak pada petaninya, tetapi penyuluh sebagai komunikan terkadang kurang bisa memberikan feed back saat berkomunikasi dalam menyampaikan gagasannya. Salah siapa?

Ternyata SKS demi SKS yang telah dilalui oleh seorang sarjana strata satu, tak jarnag kebanyakan kurang membekas dalam ingatan mereka. Ini masalah dosen yang salah menyampaikan atau mahasiswa yang kurang belajar. Dosen sering sekali mengatakan bahwasanya mahasiswa dituntut untuk mandiri, maksudnya ia tidak hanya mengandalkan jam-jam perkuliahan yang tidak seberapa itu. Mahasiswa dituntut untuk banyak mengupas pengetahuan dan ilmu-ilmunya dari berbagai saran dan prasarana, ataupun sumber dan media yang ada. Karena itulah hal yang menjadi titik tolak perbedaan antara mahasiswa dan anak Sekolahan. Ketika anak sekolahan harus disuapi setiap kali, mahasiswa harus cerdas, kritis dan aktif bahkan bila perlu memiliki pengetahuan yang seluas-luasnya. Itulah kenapa terkadang dosen hanya memberikan mata kuliah seadanya, dengan maksud untuk membentuk mahasiswa yang mandiri dan tanpa “suap”.

Namun sayangnya tak jarang dari mahasiswa sendiri kurang memahami peran tersebut, ia hanya akan melakukan protes di balik layar ketika ujian yang dikeluarkan dosen, sedikit berbeda dengan apa yang diajarkan. Lagi-lagi mahasiswa memang harus kritis. Ia tidak bisa hanya mengandalkan fakta dan logika, tetapi juga harus memiliki daya nalar yang mendalam.

Itulah juga yang saat ini menjadi alasan mendasar, kenapa banyak petani yang kehilangan kepercayaan kepada penyuluh. Bukan salah petani yang terlalu cerdas, karena ia selalu melakukan teori, bisa jadi salah mahasiswanya yang kurang bahan sehingga ketika ditanya petani apa yang ditanyakan beda dengan apa yang dijawab. Padahal ketika kuliah mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu secara teoritis, tetapi ilmu aplikatif dalam praktikum-praktikum yang memakan jam yang banyak. Namun lagi-lagi sayangnya, sebagian mahasiswa yang menjadi patokan mereka ketika melakukan praktikum adalah agar tidak dimarah asisten atau untuk menadapat nilai. Niat tentunya berbanding lurus dengan hasil yang akan diperoleh. Ilmu tanpa amal pincang, amal tanpa ilmu buta..

2 komentar:

  1. assalaamu'alaykum
    great, sangat menginspirasi
    jazaakillaah khoyru jazaa'

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumussalam. alhamdulillah.. afwn. sering2 mampir ya..
      ^_^

      Hapus

Air, Embun, Bintang, Langit, Pelangi

Menghargai hidup, itu artinya menghargai apa2 yang Allah berikan kepada kita. Kesusahan, kesenangan..
adalah bagian agar hidup menjadi lebih hidup.
seperti air yang bermanfaat..
seperti embun yang bening menggeliat
seperti bintang yang rela menunggu jutaan tahun untuk memancaarkan sinaarnya..
seperti langit yang biru berkisah..
seperti pelangi yang tak sempurna bulatnya..

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!

Jangan sekedar diLihat, tapi juga di baca yo..!
Semoga bermanfaat.

Label

Powered By Blogger