Dakwah Ini Tak memandang Posisi
Aku
terbangun dalam tidur lelapku, lalu tercekat akibat mimpi-mimpiku yang dulu
yang nyaris lenyap dalam lelap. Ah, mimpi itu tak selamanya bunga tidur. Setiap
orang haruslah bermimpi, karena “kebaikan yang tidak terorganisir akan
dikalahkan oleh kebaikan yang terorganisir”. Kita harus berencana, kita harus
punya mimpi dan keinginan. “kita merencanakan, untuk menyesuaikan diri dengan
rencana Allah –Hilmi Aminudin-“
Di sebuah
kesejukan..
Aku
menatapnya lekat, orang yang menjadi orang tua kedua untukku. Kata-katanya
menyeruak dalam hati, seperti aroma khas yang aku suka di setiap pagi. Dan
kerontang itu pun lembab, layaknya batu cadas yang di tetesi air secara rutin,
ia akan hancur karena kerutinan, kelembutan, dan kesungguhan. Ia dengan tegas
dan lugas berkata “Dakwah itu ibarat kereta api. Kita masuk atau tidak, kereta
itu akan tetap berjalan. Jika kita memilih ikut kita akan ikut dalam
perjalanan, namun jika kita memilih tinggal kita akan jauh tertinggal, ataupun
jika kita memilih untuk berhenti ditengah jalan, maka hanya sampai dijalan
itulah perjalanan kita”.
Tak banyak yang mengikuti, yang mengikuti pun tak
semuanya mengerti, yang mengerti pun tak semuanya paham, yang paham pun tak semuanya Bertahan. Seperti kata bang
Fahri Hamzah “Tantangan zaman yg paling penting atau berat adalah diri kita
sendiri, coba tanyakan pada diri kita. Kita ini masalah atau solusi??” Sering kali kita berlagak, sok. Merasa telah
memberikan banyak hal untuk dakwah ini, tapi pada kenyataannya.. apa yang kita
berikan tak ubahnya “syahwat” semata, nafsu akan kepentinga-kepentingan pribadi
kita. Jangan sampai, kitalah yang dikatakan rasulullah sebagai “buih itu”,
jangan sampai kita hanya orang-orang yang membuat barisan tambah panjang,
bertepuk tambah ramai. Lakukanlah, apa yang bisa kau lakukan, dan cukuplah
Allah yang membalas apa yang telah kita lakukan. Tak perlu banyak berharap pada
manusia, karena manusia bukanlah tempat yang tepat untuk berharap.
Lalu seorang
Ustadz dalam sebuah tasqif berkata “ ada atau tidaknya kamu, dakwah ini akan
tetap berjalan. Karena Allah yang akan menjaga dakwah ini”. Pernah juga seorang
Al akh berkata “Tujuan Dakwah itu apa? Allah. Maka satu hal, murnikanlah niatmu
hanya karena Allah. !!!”. Apapun amanah kita, dimanapun kita diletakkan, tujuan kita Allah. Karena wajiha hanyalah sebuah Wasilah kita dalam menjalankan dakwah ini. Kita bekerja di wajiha memang perlu, namun tetap niatkan karena Allah. Jangan sampai wajiha membuat kita berpikir nafsi-nafsi, atau bahkan membuat kita "Kultus".
Lalu di sebuah
pertemuan ada yang bertanya.. “aku ini siapa, kenapa aku yang terpilih.. aku
ini siapa, ku rasa ada aku bisa santai-santai saja. Toh mereka-mereka jua yang
mmebuat sistem, dan menjalankan sistem tersebut”. Akan tetapi ikhwah... ”Sesungguhnya
Allah tidak memandang rupa dan harta kalian, akan tetapi Dia memandang hati dan
aktivitas kalian”. Tak perlu menunggu menjadi orang penting, untuk melakukan
hal yang penting. Karena yang terpenting adalah niat kita dalam
melakukannya...(Mj 2012). Jabatan tinggi jangan menjadikan kita GR, merasa itu
tandanya kita lebih baik dari orang lain, karena kata seorang kakak ”Siapa
tahu, justru yang kerjanya hanya mengantarkan surat atau membuat surat, dia yang
akan masuk syurga terlebih dahulu darimu, karena dia Ikhlas melakukannya. Bukan
karena posisi atau jabatan”..
Dan Katakanlah:
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan [At-Taubah : 105].
Namun ikhwah, ketika kau
diberi amanah yang bersifat amniah. Belajarlah dari seorang Hudzaifah, orang
kepercayaan Rasulullah SAW, yang selalu pandai menjaga rahasia-rahasia Rasul.
Salah satu hal yang menjadikan kemenangan pada perang Khandaq (parit) adalah
”terpercayanya” seorang Hudzaifah. Kita harus bisa membedakan, mana informasi
yang harus disembunyikan dan mana yang bisa disampaikan.
-SEMANGAT BERMANFAAT-
Air, Embun, Bintang, Langit, Pelangi
Menghargai hidup, itu artinya menghargai apa2 yang Allah berikan kepada kita. Kesusahan, kesenangan..
adalah bagian agar hidup menjadi lebih hidup.
seperti air yang bermanfaat..
seperti embun yang bening menggeliat
seperti bintang yang rela menunggu jutaan tahun untuk memancaarkan sinaarnya..
seperti langit yang biru berkisah..
seperti pelangi yang tak sempurna bulatnya..
siapapu punya kewajiban berdakwah..
BalasHapusjangan takut mngunggkapkan kebenaran,,kan Rosulullah bilang sampaikanlah walau hanya satu ayat..^_^
monggo mampir ke EPICENTRUM
Siipp...
BalasHapus^_^