Buat apa ditangisi, toh semuanya sudah berjalan disiplin seperti itu ta.
Buat apalagi.. sudah terlalu lama telaga itu mengering, buat apalagi ada air di dalamnya. Toh tak ada yg mengharapkannya ada.
Kehilangan sahabat, kehilangan sifat-sifatnya.. bahkan untuk bercerita tentang suka dan duka ku aku sudah enggan, tak ada lagi kata blak2an, tak ada lagi kata special..
Bahkan mungkin tak ada lagi istilah sahabat itu.
Kau yang mengikisnya, kau sendiri yang menghabiskannya sedikit demi sedikit..
Kau lah yang sebenarnya membuat ku mundur selangkah demi selangkah dari sana. Kau tak sadar mungkin, kata-katamu sendiri yang akhirnya menciutkan nyaliku. Aku dulu ingin berlama-lama berdiam di sana. Karena toh, aku pun perlahan mulai mencintainya. Namun apa daya, kau sendiri yang membuatku akhirnya diam dnegan cintaku. Kalau kau mau menyinggungnya ribuan kalipun terserah, karena kau sendiri yang membuat ku kehabisan daya untuk menetap di sana.
sejujurnya aku butuh cerita, untuk tangis ini ku tanggung sendiri saja..
Duhai teman, aku kehilangan ruh mu, kehilangan sifat2 mu, entah sejak kapan.. aku hanya pura-pura tak tau semuanya. Kau sibuk sendiri dengan duniamu dan aku tak kan pernah sanggup untuk menyandinginya. Kau orang hebat, berbeda seperti aku. Semoga kau bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar